2008/05/07

Anak muda dan kebangkitan nasional

Lahirnya “Boedi Oetomo” merupakan symbol penegasan tekad bangsa untuk bebas dan merdeka dari belenggu kolonialisme dan imperialisme penjajahan belanda, yang disalurkan dengan perjuangan yang pada awalnya masih sangat “fragmentalis” kesukuan dan kesederhanaan. Konsep perjuangan yang didasarkan pada konsep regional dignity(harkat daerah ) dan regional pride(kebanggaan daerah) serta etnis pride(kebanggaan suku). Sebagai contoh misalnya Kapitan Patimura (1817) perjuangannya untuk Maluku, Sultan Ageng Tirtayasa (1650-1682), dan masih banyak contoh lainnya. Sehinga kelahiran “Boedi Oetomo” dengan kebangkitan nasionalnya bisa dikatakan sebagai entry point tumbuhnya rasa kebangsaan dan pembawa pergeseran “paradigma” perjuangan bangsa.

Perjalanan bangsa Indonesia hingga berakhirnya orde baru dan datangnya era reformasi, terdapat nilai-nilai luhur perjuangan bangsa yang patut dijadikan teladan bagi kita sebagai generasi muda. Pada kenyataannya membangun sebuah Negara Kebangsaan ditengah-tengah pluralisme budaya dan etnis, bukanlah barang mudah, perlu kita sadari dan pahami bersama bahwa untuk membangun Negara Kebangsaan memerlukan keikhlasan untuk bersatu dengan melepaskan berbagai ambisi etnis, ambisi kelompok dan ambisi pribadi secara proporsional.

Berangkat dari perjalanan bangsa Indonesia, sudah waktunya kaum muda kembali bangkit dengan semangat kebangkitan nasional dan menjadi garda depan kebangkitan nasional. Semangat kebangkitan nasional adalah semangat perjuangan yang tidak mengenal kata lelah untuk rela berkorban, menjungjung tinggi persatuan dan kesatuan, menghargai sesama anak bangsa, bekerjasama dengan penuh kekeluargaan dan kegotongroyongan serta mencintai tanah air seutuhnya.

Sebagai bagian integral masyarakat Indonesia, kaum muda harus bisa keluar dari lingkaran kehidupan yang menyesatkan dan membuat sebuah strategi baru menuju kehidupan berbangsa yang lebih baik. Perlu diingat bahwa strategi kehidupan berbangsa tidak akan tercapai jika hanya turun ke jalan dengan meneriakan dalam slogan-slogan, atau dituliskan di spanduk-spanduk, atau hanya menjadi bahan diskusi di setiap forum diskusi, melainkan dalam kehidupan yang lebih nyata. Kebangkitan kaum muda juga bukan dengan cara berkumpul di ruas-ruas jalan ataupun dengan cara anarkis memacetkan jalan-jalan kota sehingga kehidupan ekonomi ibukota macet dengan meneriakan semangat kebangkitan tapi satu hal yang penting dalam hal ini bahwa kebangkitan nyata dari kita sebagai kaum muda adalah berada di dalam pribadi kita sendiri. Persatuan berada dalam kesungguhan yang kita jalani dalam kehidupan.

Adalah sebuah tuntutan kehidupan bahwa posisi kaum muda harus bisa masuk ke dalam segala aspek kehidupan, lalu memberi warna baru dalm kehidupan tapi kaum muda tidak semuanya harus menjadi demonstran, atau semuanya bekerja di LSM untuk melakukan perubahan karena perubahan yang riil adalah perubahan yang dilakukan secara nyata dalam semua bidang kehidupan. Perlawanan yang paling berarti adalah dengan tidak membiarkan semua aspek dikuasai oleh orang-orang yang membuat Negara tercinta ini terpuruk dalam krisis multi dimensi yang berkepanjangan.

Sebelum menjadi garda depan kebangkitan nasional, alangkah baiknya kaum muda tersentak bercermin melihat jati diri. Sebab tanpa itu tidak akan pernah terjadi perubahan signifikan di Negara tercinta ini karena untuk menggapai semua target perubahan dan kebangkitan nasional adalah berawal dari perubahan internal dalam diri kaum muda sendiri. Karena tak jarang kaum muda yang terjerumus dalam kehidupan narkotika dan free sex. Kaum muda harus menata diri secara sungguh-sungguh sebelum terjun dalam kehidupan kebangkitan yang sesungguhnya. Hal lain yang perlu dibenahi adalah kemampuan personal untuk menguasai bidang-bidang kehidupan yang dihadapi dan memperkokoh kepribadian.

“…Bermimpilah tentang apa yang kamu inginkan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kamu lakukan…”

Tidak ada komentar: