2008/05/28

REVITALISASI LEMBAGA KEMAHASISWAAN

Melaju atau tidaknya mekanisme sebuah organisasi tergantung pada sumber daya manusia (SDM) yang terlibat di dalamnya. Hal ini terkait dengan fungsi mereka sebagai agent of control (pengendali laju organisasi). Karenanya keberadaan SDM yang militant dan berdedikasi tinggi merupakan sebuah keniscayaan.

Dinamika pergerakan organisasi kemahasiswaan kian hari kian cepat. Semua itu menuntut para organisatoris untuk memiliki kesiapan intelektualitas, kesiapan secara fisik maupun kesiapan material yang akan menopang laju pergerakan tersebut agar tetap eksis dalam percaturan dunia kemahasiswaan. Dahulu suara mahasiswa ibarat petir di siang hari bagi ketidakadilan dan kesewengan dari para aparatur sebuah sistem. Ia merupakan bagian dari elemen masyrakat yang paling disegani karena sikap idealisme dan ketegasannya dalam memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Mahasiswa ibarat air es yang menyejukan di tengah padang pasir yang tandus dan pemberi harapan dari keputusasaan akan sebuah masa depan sebuah sistem yang lebih baik.

Tetapi kini bila kita menengok sisi militansi para pejuang organisasi kemahasiswaan seakan bunga yang kian hari kian melayu. Ia tidak lagi dapat memberikan keharuman untuk sesamanya. Terlepas dari ketidaksetujuan dari statement ini yang jelas pergerakan kemahasiswaan kini kehilangan taringnya di tengah masyarakat bahkan di tengah para penguasa sebuah sistem.

Hal itulah yang menjadi PR besar bagi kita untuk kembali memperjuangkan eksistensi pergerkan mahasiswa untuk dapat menjadi salah satu element yang paling di dengar suaranya dan paling diperhitungkan pendapat-pendapatnya. Karena itu kita mahasiswa masih punya idealisme yang tak dapat dibeli oleh tingginya materi yang ditawarkan.Dan yang perlu kita pahami bahwa KITALAH PEMIMPIN-PEMIMPIN MASA DEPAN BANGSA INI. Untuk itu kita perbaiki kualitas pergerakan kemahasiswaan agar tetap menjadi pengukir sejarah dengan tinta emas perjuangan. Hal itu semua dapat kita lakukan dengan mencurahkan buah pikiran kita dengan memberikan sumbangsih nyata amanah yang kita pegang dengan penuh tanggung jawab.

Adapun rancangan revitalisasi peran lembaga kemahasiswaan FT, yaitu :

1. Pola Kaderisasi Lembaga Kemahasiswaan di lingkungan FT Unpas

Sebuah kajian analisis secara mandalam mengenai kondisi kaderisasi yang ada di FT Unpas. Apakah pola kaderisasi yang telah ada memang sesuai dengan tuntutan dunia kampus? Atau terdapat pola kaderisasi yang lainnya yang lebih efektif dan sesuai dengan realitas serta tuntutan dunia kamopus? Untuk itulah perlu dirumuskan secra khusus.Pola kaderisasi yang seperti apakah itu?

2. Isu Sinergitas yang didalamnya termasuk pembahasan mengenai efektifitas Lembaga kemahasiswaan baik dingkat fakultas (FEMA) maupun di tingkat jurusan (HMJ).

Isu Sinergitas sangat perlu sekali, mengingat banyaknya tuntutan akademis yang menharuskan untuk mengkonsentrasikan diri serta harapan masyarakat akan peran mahasiswa dalam memperbaiki kondisi masyarakat lingkungan sekitarnya. Hal itulah yang menjadi dilematis bagi mahasiswa sekarang dengan pola kaderisasi yang telah dilaksanakan di FT Unpas. Jadi yang menjadi pertanyaan adalah apakah sinergitas program kerja ini diperlukan? Jika jawabanya Ya. Lalu bagaimanakah prosedur yang harus dilalui?Apakah salah satu caranya mengembalikan peran dan fungsi Lembaga kemahsiswaan (FEMA dan HMJ) mengingat banyaknya kegiatan yang saling tumpang tindih? Ataupun kegiatan HMJ yang terlalu banyak konsen dalam UMB sehingga energinya habis dan tidak tercapainya program kerja Keprofesian yang sesuai dengan bidang Ilmunya.Atau FEMA yang benar-benar harus konsen di bidang UMB, Penalaran, serta wawasan mahasiswa. Dan apakah kita bisa mengesampingkan ego kita biar tidak terajadi seperti ini? Tanya kenapa?

3. Sistem Kepengurusan Lembaga Kemahasiswaan

Adanya permasalahan khusus yang muncul mengenai system kepengurusan, apakah perlu HMJ dipegang oleh angkatan tahun ke-3 atau semester 5 & 6 ?

Mengingat sistem seperti ini udah banyak berlangsung seperti di UPI, UGM, IPB, dan lainnya. Sehingga mahasiswa diatasnya bisa menduduki di tingkat yang lebih tinggi lagi mapun bisa konsen untuk masalah masa depan sebelum dia meninggalkan kampus tercintanya.

Sistem kepengurusan FEMA, apakah melalui Open Rekritment atau perwakilan dari delegasi tiap HMJ dan bisa diteguhkan legalitasnya pada waktu Mubes KM FT Unpas. FEMA adalah lemnbaga lkemahasiswaan yang merupakan wadah aspirasi, tempat menampung segala pendapat, ususlan, bahkan keluhan yang berhubungan dengan masalah-masalah kemahasiswaan. Untuk itulah diperlukan orang-orang yang memang mendapatkan kepercayaan penuh dari HMJ untuk menjadi pengrus FEMA yang nantinya akan memperjuangkan nasib mahasiswa FT Unpas. Maka dari itu FEMA merasa perlu bahwa dalam pemilihan pengurusnya terdapat legalitas yang kuat berupa paying hokum yang menjadi acuan dalam memilih orang-orang yana akan menjadi pengurus FEMA FT.

4. Periode kepengurusan FEMA dan HMJ

Berbicara mengenai waktu periode kepengurusan Lembaga Kemahsiswaan FT ini sepertinya harus kembali dikaji ulang mengenai efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan di rentan waktu tersebut. Mengingat di awal kepengurusan terpilih banyak kegiatan besar yang harus dipersiapkan seperti penerimaan mahasiswa baru, mabim, serta tuntutan akademik seperti Praktikum maupun Kerja Praktek dan lain sebagainya.

Menurut penglaman kuliah di FT biasanya 3 bulan diawal semester kegiatan kuliah masih biasa tetatpi 3 bulan terakhirnya mulai sibuk, maka perlu dilakukan Timing kegitan kemahasiswaan yang sesuai. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih mendalam menenai waktu kegiatan.

5. Bagaimana mewujudkan fungsi kontrol yang jelas

Sekarang menurut kami masih ada kerancuan dan bias karena tidak ada legalitas serta kurangnya kesadaran dan pemahanam mahasiswa pada umumnya maupun para aktifis Lembaga Kemahsiswaan . Peran dan fungsi SC yang dimana satu orang harus memakai tiga atribut sekaligus, sebagai mahasiswa, Kahim/Gubernur, dan SC. Sedangkan sebagai manusia biasa dengan segala kelemahananya kadang tidak bisa fokus dan kurang memberikan kontribusi yang positif serta kurangnya wawasan maupun pengetahuan dalam kontrol suatu Lembaga Kemahasiswaan.

Masih belum jelasnya pelaksana dari Lembaga Eksekutif dan Legislatif karena tidak adanya payung hukum yang relevan. Akankah ini bisa sesuai ?

6. Peran dan Fungsi Civitas Akademika FT

Bahwasannya urusan mahasiswa bukan hanya berkaitan dengan Lembaga Kemahasiswaan tetapi kami rasa Dosen, Karyawan, Jurusan dan Fakultas sangat diperlukan perannya. Kita tidak rela suatu saat Lembaga Kemahasiswaan vakum karena tidak adanya SDM yang mau menggantikan ataupun generasi penerus yang kurang kompeten. Mengatasi fenomena ini alangkah lebih bijaknya lagi kita bersama-sama membangun kesadaran para mahasiswa dengan sebagai contoh :

a. Mahasiswa mengumpulkan tugas kuliah pada saat acara Lembaga Kemahasiswaan berlangsung sehingga peran mahasiswa dalam mengikuti acara tetap ada.

b. Adanya legalitas yang kuat setiap kegiatan Lembaga Kemahasiswaan dengan memberikan bobot, sebagai contoh bahwa harus mengikuti beberapa seminar yang pernah diadakan Lembaga Kemahasiswaan disertai dengan sertifikat.

7. Sistem bersama yang bisa mewujudkan kejayaan “Teknik Bersatu”

Tidak bisa dipungkiri banyak sekali kepentingan seseorang, tetapi bagaimana caranya dengan bayak kepentingan tetapi tidak saling menjatuhkan melainkan dengan saling mendukung yang bisa saling mengisi satu sama lain sehingga akan terwujud kejayaan “Teknik Bersatu”.

8. BEM Unpas, Kenapa tidak ?

Rancangan terbentuknya BEM Unpas yang bisa mewakili aspirasi mahasiswa di tingkat rektorat dan bisa menjadi jembatan kepentingan mahasiswa baik di tingkat local, regional, nasional, maupun internasional.

Kenapa ini tidak bisa terwujud?

Tanya Kenapa?

9. Bersama-sama menyukseskan Gerakan Moral

Kami menghimbau kepada seluruh civitas akademika Unpas pada umumnya dan Fakultas Teknik pada khususnya untuk menghentikan sejenak segala aktivitas pada interval waktu 12.00-12.30 WIB sehingga dapat memeberikan kesempatan untuk bisa beribadah dan beristirahat.

Demikian rancangan Revitalisasi peran Lembaga Kemahasiswaan di Lingkungan FT Unpas.

Semoga perjuangan kita selalu dapat ridho dari Allah SWT.

Hidup Mahasiswa Teknik !

Hidup Rakyat Indonesia !

SELAMAT BERJUANG, BERGERAK DAN BERAMAL

KARENA KITA ADALAH PENENTU MASA DEPAN YANG BERKUALITAS DAN BISA MEMBANTU ORANG LAIN

”Wujudkan Sinergitas dan Soliditas Dalam Berorganisasi”

2008/05/12

KOMUNIKASI SEBAGAI INTI KEPEMIMPINAN


http://www.depkumham.go.id/templates/images/img-spacer.gif

Tata Cara Pemerintahan yang Baik (good governance) tergantung gaya kepemimpinan.

Good Governance dari segi haraafiahnya bermakna tata kelola pemerintahan yang baik, dulu kalau berbicara pemerintahan fokusnya sama dengan pemimpin karena orientasi kita memang pemimpin. Jadi ketika bicara orang, identik dengan sistem pemerintahan otoriter yang dipersonifikasikan dengan bapak yang mulia, apa kata bapak maka semua harus mengikuti.

Dewasa ini sistem itu telah berubah sebagai implikasi perubahan sistem yang tertutup menjadi terbuka dan lebih baik. Dulu orang tidak akan bicara tata pemerintahan yang baik, yang ada adalah pemerintah yang baik, ini merupakan dua hal yang berbeda. Dulu pemerintah yang baik itu identik dengan negara, dan good governance belum ada, karena apa yang diberikan pemerintah saat itu adalah given sesuatu yang harus diterima. Birokrat hanya merupakan mesin, dan mesinya itu adalah orang nomor satu Jadi semua manajemen pemerintahan dilakukan dengan petuah dari atas.

Tata kelola itu muncul sejalan dengan perubahan sistem yang lama ke sistem demokratis. Tata kelola pemerintahan diadopsi dari negara-negara demokratis, dengan masyarakat terbuka, egalitarian. Semakin demokratis masyarakat, maka semakin orang bicara tata kelolah pemerintahan yang baik. Di alam masyarakat demokratis rakyat berdaulat, (give and take) rakyat punya hak untuk mengatakan sesuatu. Jadi tema good governance adalah tema yang muncul akibat perubahan sistem politik dari sistem pemerintahan otoritarian menjadi sistem demokratis.

Ide tata kelola pemerintahan yang baik dapat dilihat dari tiga elemen. Pertama efektivitas dan efisiensi, sesuatu yang bertele-tele dan harus dipangkas (debirokratisasi) yang oleh para ahli manajemen dikenal dengan pendekatan rasional (rational choice) berintikan sesuatu yang tidak masuk akal harus dihilangkan. Semakin efisien mesin birokrasi semakin rasional langkah atau keputusan yang diambil.

Bagaimana melakukan efisiensi itu? Pertama harus menganalisa mekanisme pekerjaan dari sisi tahapan dan waktu penyelesaian. Selanjutnya pemberian tugas dan kewenangan yang jelas terhadap bawahan. Siapa yang bertanggung jawab terhadap apa dan pemberian kewenangan untuk mengambil keputusan tertentu. Jangan sampai terjadi keputusan tidak bisa diambil karena tidak ada job deskription dan kewenangan yang jelas.Jadi efesiensi adalah down sizing dari pemotongan prosedur dan pemberian job description yang jelas. Kritikan orang terhadap birokrasi karena mekanisme yang tidak jelas. Jadi prinsip efisiensi harus ada aturan baku yang jelas. Kedua pembagian kewenangan dan job description yang kongkrit, kalau hal itu tidak ada maka tidak mungkin ada efisiensi.

Kedua keterbukaan (transparansi), artinya tidak ada keputusan yang menyangkut kepentingan publik yang ditutup-tutupi. Contoh permohonan biaya dan kelengkapan administrasi dalam pengurusan paspor harus terbuka, bahwa ada orang yang membayar lebih itu kebodohan dia berhubungan dengan calo. Jika hal ini tertutup, maka akan muncul bisikan-bisikan dan orang akan meraba-raba sehingga akan berdampak negatif. Prinsip transparansi sangat penting termasuk keterbukaan dengan biaya dan mekanisme.

Ketiga pertanggungjawaban (aakuntabilitas). Pentingnya job description supaya jelas ketika siapa yang yang mengerjakan apa dan bagaimana pertanggungjawabannya. Kalau ini semua jelas, maka segala yang berkaitan dengan prinsip pertama efisiensi. Kalau ini jelas maka urusan pertanyaan bisa selesai satu menit tapi bila ini tidak jelas maka bisa dua hari.

Ketiga elemen good governance di atas, sangat ditentukan oleh kemampuan leadership atau kepemimpinan. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempunyai visi. Visi itu harus mempunyai ukuran pencapaian dan kegagalan, ada impian-impian yang ingin dicapai, tergantung masing-masing anda apakah punya visi sebagai kepala devisi. Kedua pemimpin yang mempunyai dan membangun networking. Ketiga pemimpin mau mendengarkan orang lain. Akhirnya kepemimpinan dan wibawa lahir dari kemampuan kita menyakinkan orang (Hasbullah).

BBM naik lagi?

Kenaikan yang direncanakan mulai bulan juni 2008 sudah pasti menimbulkan pro dan kontra yang luas di pentas nasional. Bagi yang pro dengan kebijakan itu tentunya mengharapkan kebijakan tersebut akan membawa perbaikan ekonomi makro di waktu-waktu mendatang. Sedangkan bagi yang kontra khawatir bahwa kebijakan tersebut akan memperburuk perekonomian rakyat banyak. Masyarakat yang kontra jauh lebih besar daripada yang pro dengan rencana kenaikan harga BBM karena masyarakat cenderung menilai setiap kebijakan ekonomi secara jangka pendek dan yang langsung menyentuh kehidupan mereka. Dalam kondisi perekonomian masyarakat yang sangat memprihatinkan saat ini, tidaklah salah apabila mereka mengabaikan kepentingan ekonomi makro, lebih-lebih yang berwawasan jangka panjang. Tenaga dan pikirannya hanya habis digunakan untuk berusaha mengambil kebutuhan ekonomi jangka pendek dan tidak sedikit yang hanya sekadar mempertahankan hidup. Maka setiap terjadi rencana kebijakan yang dapat mengganggu usaha tersebut, termasuk rencana kenaikan harga BBM kali ini, perlu untuk dicegah. Masyarakat akan membayangkan dampak buruk yang akan terjadi jika harga BBM betul-betul dinaikkan.


Kenaikan BBM pada saat bersamaan semakin menambah beban masyarakat yang sampai saat ini masih juga menanggung beban krisis ekonomi. Kenaikkan BBM akan mengakibatkan efek domino di masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial-politik. Secara ekonomi, kenaikan tersebut akan mengakibatkan kenaikan harga-harga dan barang jasa (inflasi), bahkan kenaikan tersebut bisa tak terkendali menyusul kenaikan BBM itu. Kenaikan laju inflasi itu akan tercermin dari naiknya harga sejumlah komponen kebutuhan pokok masyarakat, berupa barang dan jasa.
Secara sosial-politik kebijakan menaikkan harga ketiga komponen tersebut juga akan menimbulkan kerawanan sosial di masyarakat. Di tengah kehidupan sosial-ekonomi yang semakin terhimpit krisis, kebutuhan hidup semakin melambung se-mentara, daya beli masyarakat semakin rendah, bukan tidak mungkin masyarakat akan menunjukkan penolakan secara lebih luas dan intensif. Unjuk rasa terus-menerus akan sangat potensial menimbulkan ketidakstabilan sosial-ekonomi dan keamanan.

Alternatif
Padahal persoalannya tak sesederhana bayangan orang awam, bahwa kebijakan kenaikan BBM bertujuan menyusahkan rakyat luas. Persoalannya sekarang, bagaimana pemerintah melakukan langkah-langkah untuk mengimbangi kenaikan harga BBM akibat pencabutan subsidi tersebut. Kita berpendapat, bila harga BBM naik, maka pelayanan kepada masyarakat harus ditingkatkan. Atau lebih dari itu, pemerintahan dituntut untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat. Misalnya, dengan membuka lapangan kerja baru atau menaikkan upah atau gaji. Dalam mengelola ekonomi, pemerintah terkesan tidak mempunyai management yang baik, dan lemah koordinasinya. Kenaikan harga-harga beruntun tersebut menyebabkan seluruh unit ekonomi harus merespons pukulan tersebut dan melakukan anggaran-anggaran pengeluarannya.
Karena bertitik tolak dari sejarah masa lalu, pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan selalu diikuti penyimpangan dalam realisasinya. Kebijakan ”pengganti” ini pun seringkali mendapat sorotan dari masyarakat. sampai saat ini masyarakat tidak tahu jelas masalah desain, skenario, sistematika dan realisasi program kompensasi sosial tersebut. Bahkan evaluasi mengenai skenario penyaluran dana tersebut belum pernah dilakukan, apalagi pertanggungjawabannya. Suara-suara kritis untuk melakukan evaluasi dan memberikan pertanggungjawaban sudah didengungkan oleh kelompok masyarakat, namun tampaknya kurang menjadi perhatian utama dari pemerintah. Kondisi ini yang semestinya harus dilakukan pemerintah sebagai ”kompensasi utama” terhadap kebijakan menaikkan BBM.

Dengan latar pemaparan di atas, sebelum pemerintah menaikkan harga BBM ada beberapa hal yang harus dipikirkan secara mendalam. Pertama, mengkaji ulang tentang dasar dan tujuan mengapa pemerintah mau menaikkan harga BBM. Selanjutnya, perlu juga dikaji berapa besar angka kenaikkan harga BBM yang lebih pas sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang ini. Kedua, melakukan kajian mendalam terhadap penyaluran hasil pengurangan subsidi BBM. Dan itu harus jelas diketahui oleh masyarakat. Ketiga, menjaga agar dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan harga BBM tidak sampai meluas jauh. Keempat, menjamin tersedianya kebutuhan BBM di masyarakat, termasuk dengan menindak segala pelaku penyelundupan BBM.


Bila keempat hal itu dilakukan, tampaknya dampak kebijakan terkait BBM bisa ditekan di tingkat titik terendah. Dan jika tidak terealisasi, maka kita sebagai “agent of change” harus berjuang menata kembali pemerintahan Negara Republik Indonesia tercinta ini…

Dan ingat juga wahai pemerintah:

“…Dalam kondisi daya beli masyarakat yang masih sangat rendah seperti saat ini setelah kenaikan BBM yang lalu, menaikkan harga BBM berarti menghilangkan peluang hidup lebih baik bahkan bisa membunuh daya beli mereka. Setelah 1 Juni, bagi keluarga yang sebelumnya hidup pas-pasan akan menjadi kekurangan dan bagi yang kekurangan akan semakin terpuruk menyedihkan. Tegakah anda wahai para pemimpin bangsa ini melihat mereka serba kekurangan...??”

Tolak Kenaikan BBM......!!


Kita satu berjuang sampai mati…

HIDUP MAHASISWA!!!

HIDUP MAHASISWA!!!

HIDUP MAHASISWA!!!

2008/05/10

BAGAIMANA CARA MENGURANGI STRESS

1. Berdo’a.
2. Pergi tidur tepat waktu (biasanya jam 21:00 agar memenuhi istirahat 8 jam sehari).
3. Bangun tidur (pagi) tepat waktu (04:00 – 5:00), agar anda dapat memualai hari tanpa tergesa2.
4. Katakan “Tidak”, untuk pekerjaan yang tidak memungkinkan pada rencana (jadwal) kerja anda, atau kalau tidak memikirkan kesehatan jiwa anda.
5. Wakilkan (serahkan) tugas pekerjaan anda kepada orang yang bertanggung jawab (mampu).
6. Sederhanakan dan rencanakan tatanan kehidupan anda.
7. “Kurang itu lebih”.Meskipun satu lebih baik dari pada tidak ada, dua kadangkala terlalu berlebih
8. Pergunakan waktu senggang untuk melakukan pekerjaan dan menyelesaikannya.
9. Patikan langkah anda. Memisahkan pekerjaan yang sulit saat waktu luang; Jangan biarkan semua pekerjaan menumpuk sekaligus.
10. Sempatkan waktu luang anda.
11. Pisahkan kekhawatiran dari keterkaitan. Bila situsasi tidak memungkinkan, cari jalan keluar yang baik bagi anda dan tanpa perasaan bersalah. Jika anda tidak menemukan jalan keluarnya, lupakan lah (jangan pikirkan lagi = EGP).
12. Jalani kehidupan dengan uang yang anda punya, jangan pergunakan kartu kredit untuk pengeluaran sehari-hari.
13. Siapkan persediaan; duplikat kunci mobil dlm dompetan, duplikat kunci yang disembunyikan di halaman rumah, uang receh, persedian pulsa dsb.
14. “Diam (tutup mulu anda)”. Satu kata untuk menjauhi dari masalah.
15. Lakukan sesuatu untuk Keluarga (anak) setiap hari; Bermain bersama, dsb.
16. Bawa selalu buku untuk membaca pada saat anda menunggu.
17. Raih latihan (olahraga) yang cukup.
18. Makan makanan yang baik.
19. Rencanakan semuanya agar selalu pada tempat dan waktu yang benar.
20. Ketika mengendarai kendaraan, dengarkan lagu (musik) yang bermanfaat bagi kehidupan (phisikologi) anda.
21. Tulis gagasan (ide) dan inspirasi anda pada buku.
22. Setiap hari, temukan waktu luang untuk menyendiri.
23. Mempunyai masalah? Berdo’a pada Tuhan pada tempat yg benar, coba untuk mencari peme cahan masalah yg terkecil di tempat tidur.Jangan tunggu waktu tidur untuk mencoba & berdo’a.
24. Jalin persahabatan dengan orang-orang yang baik.
25. Jaga halaman pada buku kesayangan anda agar dapat mudah ditemukan.
26. Selalu ingat bahwa jembatan pemisah diantara keputus-asaan dan harapan dengan berdo’a dan mengucap syukur.
27. Tertawalah.
28. Tertawa dan tertawalah!
29. Kerjakan pekerjaan anda dengan serius, tapi diri anda bukan segalanya.
30. Bangun sikap memaafkan (Sebagian besar orang melakukannya sebaik mungkin dari yang ia bisa perbuat).
31. Berbaik hatilah kepada orang yang jahat pada anda (mungkin mereka memerlukan dari yang seharusnya).
32. Buang jauh rasa egois diri.
33. Bicaralah sedikit; perbanyak mendengar.
34. Berhati-hatilah.
35. Ingatkan diri anda bahwa anda bukan penguasa alam semesta.
36. Setiap malam sebelum tidur, pikirkan sesuatu bahwa anda sangat bersyukur (berterima kasih) dari rasa syukur sebelumnya
.

2008/05/09

GRAY IRON

Cast irons are alloys of iron, carbon, and silicon in which more carbon is present than can be retained in solid solution in austenite at the eutectic temperature. In gray cast iron, the carbon that exceeds the solubility in austenite precipitates as flake graphite.

Gray irons usually contain 2.5 to 4% C, 1 to 3% Si, and additions of manganese, depending on the desired microstructure (as low as 0.1% Mn in ferritic gray irons and as high as 1.2% in pearlitics). Sulphur and phosphorus are also present in small amounts as residual impurities.

The composition of gray iron must be selected in such a way to satisfy three basic structural requirements:

  • The required graphite shape and distribution
  • The carbide-free (chill-free) structure
  • The required matrix

For common cast iron, the main elements of the chemical composition are carbon and silicon. High carbon content increases the amount of graphite or Fe3C. High carbon and silicon contents increase the graphitization potential of the iron as well as its castability.

The combined influence of carbon and silicon on the structure is usually taken into account by the carbon equivalent (CE):

CE = %C + 0.3x(%Si) + 0.33x(%P) - 0.027x(%Mn) + 0.4x(%S)

Although increasing the carbon and silicon contents improves the graphitization potential and therefore decreases the chilling tendency, the strength is adversely affected. This is due to ferrite promotion and the coarsening of pearlite.

The manganese content varies as a function of the desired matrix. Typically, it can be as low as 0.1% for ferritic irons and as high as 1.2% for pearlitic irons, because manganese is a strong pearlite promoter.

The effect of sulfur must be balanced by the effect of manganese. Without manganese in the iron, undesired iron sulfide (FeS) will form at grain boundaries. If the sulfur content is balanced by manganese, manganese sulfide (MnS) will form, which is harmless because it is distributed within the grains. The optimum ratio between manganese and sulfur for a FeS-free structure and maximum amount of ferrite is:

%Mn = 1.7x(%S) + 0.15

Other minor elements, such as aluminum, antimony, arsenic, bismuth, lead, magnesium, cerium, and calcium, can significantly alter both the graphite morphology and the microstructure of the matrix.

In general, alloying elements can be classified into three categories. Silicon and aluminum increase the graphitization potential for both the eutectic and eutectoid transformations and increase the number of graphite particles. They form colloid solutions in the matrix. Because they increase the ferrite/pearlite ratio, they lower strength and hardness.

Nickel, copper, and tin increase the graphitization potential during the eutectic transformation, but decrease it during the eutectoid transformation, thus raising the pearlite/ferrite ratio. This second effect is due to the retardation of carbon diffusion. These elements form solid solution in the matrix. Since they increase the amount of pearlite, they raise strength and hardness.

Chromium, molybdenum, tungsten, and vanadium decrease the graphitization potential at both stages. Thus, they increase the amount of carbides and pearlite. They concentrate in principal in the carbides, forming (FeX)nC-type carbides, but also alloy the aFe solid solution. As long as carbide formation does not occur, these elements increase strength and hardness. Above a certain level, any of these elements will determine the solidification of a structure with Fe3C (mottled structure), which will have lower strength but higher hardness.

Generally, it can be assumed that the following properties of gray cast irons increase with increasing tensile strength from class 20 to class 60:

  • All strengths, including strength at elevated temperature
  • Ability to be machined to a fine finish
  • Modulus of elasticity
  • Wear resistance.

On the other hand, the following properties decrease with increasing tensile strength, so that low-strength irons often perform better than high-strength irons when these properties are important:

  • Machinability
  • Resistance to thermal shock
  • Damping capacity
  • Ability to be cast in thin sections.

Successful production of a gray iron casting depends on the fluidity of the molten metal and on the cooling rate, which is influenced by the minimum section thickness and on section thickness variations.

Casting design is often described in terms of section sensitivity. This is an attempt to correlate properties in critical sections of the casting with the combined effects of composition and cooling rate. All these factors are interrelated and may be condensed into a single term, castability, which for gray iron may be defined as the minimum section thickness that can be produced in a mold, cavity with given volume/area ratio and mechanical properties consistent with the type of iron being poured.

Scrap losses resulting from missruns, cold shuts, and round corners are often attributed to the lack of fluidity of the metal being poured.

Mold conditions, pouring rate, and other process variables being equal, the fluidity of commercial gray irons depends primarily on the amount of superheat above the freezing temperature (liquidus). As the total carbon content decreases, the liquidus temperature increases, and the fluidity at a given pouring temperature therefore decreases. Fluidity is commonly measured as the length of flow into a spiral-type fluidity test mold.

The significance of the relationships between fluidity, carbon content, and pouring temperature becomes apparent when it is realized that the gradation in strength in the ASTM classification of gray iron is due in large part to differences in carbon content (~3.60 to 3.80% for class 20; ~2.70 to 2.95% for class 60). The fluidity of these irons thus resolves into a measure of the practical limits of maximum pouring temperature as opposed to the liquidus of the iron being poured.

The usual microstructure of gray iron is a matrix of pearlite with graphite flakes dispersed throughout. Foundry practice can be varied so that nucleation and growth of graphite flakes occur in a pattern that enhances the desired properties. The amount, size, and distribution of graphite are important. Cooling that is too rapid may produce so-called chilled iron, in which the excess carbon is found in the form of massive carbides. Cooling at intermediate rates can produce mottled iron, in which carbon is present in the form of both primary cementite (iron carbide) and graphite.

Flake graphite is one of seven types (shapes or forms) of graphite established in ASTM A 247. Flake graphite is subdivided into five types (patterns), which are designated by the letters A through E. Graphite size is established by comparison with an ASTM size chart, which shows the typical appearances of flakes of eight different sizes at l00x magnification.

Type A flake graphite (random orientation) is preferred for most applications. In the intermediate flake sizes, type A flake graphite is superior to other types in certain wear applications such as the cylinders of internal combustion engines.

Type B flake graphite (rosette pattern) is typical of fairly rapid cooling, such as is common with moderately thin sections (about 10 mm) and along the surfaces of thicker sections, and sometimes results from poor inoculation.

The large flakes of type C flake graphite are formed in hypereutectic irons. These large flakes enhance resistance to thermal shock by increasing thermal conductivity and decreasing elastic modulus. On the other hand, large flakes are not conducive to good surface finishes on machined parts or to high strength or good impact resistance.

The small, randomly oriented interdendritic flakes in type D flake graphite promote a fine machined finish by minimizing surface pitting, but it is difficult to obtain a pearlitic matrix with this type of graphite. Type D flake graphite may be formed near rapidly cooled surfaces or in thin sections. Frequently, such graphite is surrounded by a ferrite matrix, resulting m soft spots in the casting.

Influence of Alloying Elements on Steel Microstructure

It is a long-standing tradition to discuss the various alloying elements in terms of the properties they confer on steel. For example, the rule was that Chromium (Cr) makes steel hard whereas Nickel (Ni) and Manganese (Mn) make it tough. In saying this, one had certain types of steel in mind and transferred the properties of particular steel to the alloying element that was thought to have the greatest influence on the steel under consideration. This method of reasoning can give false impressions and the following examples will illustrate this point.

When we say that Cr makes steel hard and wear-resisting we probably associate this with the 2% C, 12% Cr tool steel grade, which on hardening does in fact become very hard and hard-wearing. But if, on the other hand, we choose a steel containing 0,10% C and 12% Cr, the hardness obtained on hardening is very modest.

It is quite true that Mn increases steel toughness if we have in mind the 13% manganese steel, so-called Hadfield steel. In concentrations between l% and 5%, however, Mn can produce a variable effect on the properties of the steel it is alloyed with. The toughness may either increase or decrease.

A property of great importance is the ability of alloying elements to promote the formation of a certain phase or to stabilize it. These elements are grouped as austenite-forming, ferrite-forming, carbide-forming and nitride-forming elements.

Austenite-forming elements

The elements C, Ni and Mn are the most important ones in this group. Sufficiently large amounts of Ni or Mn render a steel austenitic even at room temperature. An example of this is the so-called Hadfield steel which contains 13% Mn, 1,2% Cr and l% C. In this steel both the Mn and C take part in stabilizing the austenite. Another example is austenitic stainless steel containing 18% Cr and 8% Ni.

The equilibrium diagram for iron-nickel, Figure 1, shows how the range of stability of austenite increases with increasing Ni-content.

An alloy containing 10% Ni becomes wholly austenitic if heated to 700°C. On cooling, transformation from g to a takes place in the temperature range 700-300°C.

Ferrite-forming elements

The most important elements in this group are Cr, Si, Mo, W and Al. The range of stability of ferrite in iron-chromium alloys is shown in Figure 2. Fe-Cr alloys in the solid state containing more than 13% Cr are ferritic at all temperatures up to incipient melting. Another instance of ferritic steel is one that is used as transformer sheet material. This is a low-carbon steel containing about 3% Si.


Multi-alloyed steels

The great majority of steels contain at least three components. The constitution of such steels can be deduced from ternary phase diagrams (3 components). The interpretation of these diagrams is relatively difficult and they are of limited value to people dealing with practical heat treatment since they represent equilibrium conditions only. Furthermore, since most alloys contain more than three components it is necessary to look for other ways of assessing the effect produced by the alloying elements on the structural transformations occurring during heat treatment.

One approach that is quite good is the use of Schaeffler diagrams (see Figure 3). Here the austenite formers are set out along the ordinate and the ferrite formers along the abscissa. The original diagram contained only Ni and Cr but the modified diagram includes other elements and gives them coefficients that reduce them to the equivalents of Ni or Cr respectively. The diagram holds good for the rates of cooling which result from welding.

A 12% Cr steel containing 0,3% C is martensitic, the 0,3% C gives the steel a nickel equivalent of 9. An 18/8 steel (18% Cr, 8% Ni) is austenitic if it contains 0-0,5% C and 2% Mn. The Ni content of such steels is usually kept between 9% and 10%.

Hadfield steel with 13% Mn (mentioned above) is austenitic due to its high carbon content. Should this be reduced to about 0,20% the steel becomes martensitic.

Carbide-forming elements

Several ferrite formers also function as carbide formers. The majority of carbide formers are also ferrite formers with respect to Fe. The affinity of the elements in the line below for carbon increases from left to right.

Cr, W, Mo, V, Ti, Nb, Ta, Zr.

Some carbides may be referred to as special carbides, i.e. non-iron-containing carbides, such as Cr7C3 W2C, VC, Mo2C. Double or complex carbides contain both Fe and a carbide-forming element, for example Fe4W2C.

High-speed and hot-work tool steels normally contain three types of carbides, which are usually designated M6C, M23C6 and MC. The letter M represents collectively all the metal atoms. Thus M6C represents Fe4W2C or Fe4Mo2C; M23C6 represents Cr23C6 and MC represents VC or V4C3.

Carbide stabilizers

The stability of the carbides is dependent on the presence of other elements in the steel. How stable the carbides are depends on how the element is partitioned between the cementite and the matrix. The ratio of the percentage, by weight, of the element contained in each of the two phases is called the partition coefficient K. The following values are given for K:

Al

Cu

P

Si

Co

Ni

W

Mo

Mn

Cr

Ti

Nb

Ta

0

0

0

0

0,2

0,3

2

8

11,4

28

Increasing

Note that Mn, which by itself is a very weak carbide former, is a relatively potent carbide stabilizer. In practice, Cr is the alloying element most commonly used as a carbide stabilizer.

Malleable cast iron (i.e. white cast iron that is rendered soft by a graphitizing heat treatment called malleablizing) must not contain any Cr. Steel containing only Si or Ni is susceptible to graphitization, but this is most simply prevented by alloying with Cr.

Nitride-forming elements

All carbide formers are also nitride formers. Nitrogen may be introduced into the surface of the steel by nitriding.

By measuring the hardness of various nitrided alloy steels it is possible to investigate the tendency of the different alloying elements to form hard nitrides or to increase the hardness of the steel by a mechanism known as precipitation hardening.

The results obtained by such investigations are shown in Figure 4, from which it can be seen that very high hardnesses result from alloying a steel with Al or Ti in amounts of about 1,5%.

On nitriding the base material in Figure 4, hardness of about 400 HV is obtained and according to the diagram the hardness is unchanged if the steel is alloyed with Ni since this element is not a nitride former and hence does not contribute to any hardness increase.

Titik Es di dalam Hati


Di sebuah perusahaan rel kereta api ada seorang pegawai, namanya Nick. Dia sangat rajin bekerja, dan sangat bertannggung jawab,tetapi dia mempunyai satu kekurangan, yaitu dia tidak mempunyai harapan apapun terhadap hidupnya, dia melihat dunia ini dengan pandangan tanpa harapan sama sekali.

Pada suatu hari semua karyawan bergegas untuk merayakan ulang tahun bos mereka, semuanya pergi dengan cepat sekali. Yang paling tidak sengaja adalah, Nick terkunci di sebuah mobil pengangkut es yang belum sempat dibetulkan. Nick berteriak, memukul pintu dengan keras, semua orang di kantor sudah pergi merayakan ulang tahun bosnya, maka tidak ada yang mendengarnya.

Tangannya sudah merah kebengkak2an memukul pintu mobil itu, suaranya sudah serak akibat berteriak terus, tetapi tetap tidak ada orang yang mempedulikannya, akhirnya dia duduk di dalam sambil menghelakan nafas yang panjang.

Semakin dia berpikir semakin dia merasa takut, dalam hatinya dia berpikir : dalam mobil pengangkut es suhunya pasti di bawah 0 derajat, kalau dia tidak segera keluar dari situ, pasti akan mati kedinginan. Dia terpaksa dengan tangan yang gemetar, mencari secarik kertas dan sebuah bolpen, menuliskan surat wasiatnya.

Keesokkan harinya, semua karyawan pun datang bekerja. mereka membuka pintu mobil pengangkut es tersebut, dan sangat terkejut menemukan Nick yang terbaring di dalam. Mereka segera mengantarkan Nick untuk ditolong, tetapi dia sudah tidak bernyawa lagi.

Tetapi yang paling mereka kagetkan adalah, listrik mobil untuk menghidupkan mesin itu tidak dibuka, dalam mobil yang besar itu juga ada cukup oksigen untuknya, yang paling mereka herankan adalah suhu dalam mobil itu hanya 28 derajat saja, Tetapi Nick malah mati "kedinginan"!!

~~ Nick bukanlah mati karena suhu dalam mobil terlalu rendah, dia mati dalam titik es di dalam hatinya.Dia sudah menghakimi dirinya sebuah hukuman mati, Bagaimana dapat hidup terus?

Percaya pada diri sendiri adalah sebuah perasaan hati.

Orang yang mempunyai rasa percayaan diri tidak akan langsung putus asa begitu saja, dia tidak akan langsung berubah sedih terhadap keadaan hidupnya yang jalan kurang lancar. Tannyalah pada diri kita sendiri, apakah kita sendiri sering langsung memutuskan bahwa kita tidak mampu untuk mengerjakan suatu hal, sehingga kita kehilangan banyak kesempatan untuk menjadi sukses? kehilangan banyak kesempatan untuk belajar mandiri? untuk jadi lebih mengerti kehidupan ini?

Yang mempengaruhi semangat kita bukanlah faktor-faktor dari luar, melainkan hati kita sendiri. Sebelum berusaha sudah dikalahkan oleh diri kita sendiri , biarpun ada banyak bantuan yang tertuju pada diri kita tetap tidak akan membantu.

Sepuluh Cara Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi


problem-anda.com - Dunia kerja, sebagai salah satu institusi yang banyak 'merebut' waktu kita, bukan hanya tempat bekerja, tapi juga tempat bersosialiasi. Oleh sebab itu, selain meningkatkan keahlian teknis dan profesional, kemampuan bersosialisasi pun perlu ditingkatkan.

Apa pun bidang pekerjaan Anda, meskipun bukan di bagian kehumasan, sosialiasi tetap harus dilakukan, sebagai bagian dari interaksi dengan orang lain. Prinsip dasar bersosialiasi adalah bagaimana orang bisa mengenal Anda, dan menyukai Anda. Tak ada seorang pun senang pada rekan kerja yang memelototi layar komputer seharian.

Tapi, tak ada seorang pun yang suka bila ada rekan yang terlalu sibuk bergosipria seolah tak punya kerjaan, atau sibuk mengomentari dan mengkritik ini itu sehingga dijuluki public enemy. Karena itu, sosialisasi amat tergantung kemampuan Anda menarik-ulur semua interaksi itu.

1. Bicara dengan jelas

Kemampuan berkomunikasi akan berdampak pada bagaimana orang-orang akan memperlakukan Anda. Mereka yang periang biasanya banyak teman, karena ia tahu bagaimana membangun pembicaraan.

2. Punya sesuatu untuk dikatakan

Jangan berpikir bahwa hanya karena Anda berbicara, orang lain pasti mendengarkan. Pastikan bahwa komentar Anda memang ada 'isinya'. Jangan cuma jadi 'ember bocor'.

3. Penuh pengertian

Setiap orang punya latar belakang yang berbeda. Jadi, pembicaraan awal biasanya tidak bisa dijadikan patokan untuk menilai orang lain. Anda bisa saja tidak setuju dengan rekan kerja, tapi masih bisa bekerja sama secara produktif.

4. Pengaruhi orang lain

Dengan pendapat dan opini yang bermutu, Anda telah memberikan 'warna' dalam bersosialisasi. Hal ini akan mempengaruhi orang lain dan mereka akan menyukai Anda.

5. Selesaikan setiap masalah

Konflik tidak selalu jelek. Setiap argumentasi bisa dijadikan bahan untuk solusi. Kalau Anda bisa, lakukanlah.

6. Tetap berkepala dingin

Hati boleh panas, kepala harus tetap dingin, sudah biasa terdengar. Jadi, kalau Anda melihat ada orang yang memang senang cari gara-gara, mendingan jauhi saja dia.

7. Jangan takut untuk berubah

Ada orang yang begitu keras kepala sampai ia tak mau berubah meskipun perubahan itu baik. Jangan sampai begitu.

8. Tidak ada "saya" dalam tim

Banyak orang gemar membawa egonya dalam suatu team work. Semoga Anda bukan salah satunya. Jangan pernah lupa untuk memuji pekerjaan orang lain, mereka akan melakukan hal yang sama.

9. Berdirilah di tengah-tengah

Memang agak sulit, apa lagi kalau Anda terlibat langsung. Tapi, paling tidak, Anda punya pendapat yang jernih bila ada suatu konflik. Cobalah ambil jarak dulu, supaya Anda bisa menganalisis sesuatu dengan akurat.

10. Miliki rencana

Seperti apa pun dalam kehidupan, persiapkan diri Anda ketika akan bersosialisasi. Biarpun Anda spontan dan pandai beromongkosong, Anda harus punya patokan dalam proses berpikir ketika melakukan percakapan.

Sebuah Integritas

Ini mungkin salah satu implementasi orang yang memiliki integritas.


Apabila anda sebagai salah seorang pengikut paham Prinsip-Prinsip Bertindak, anda adalah orang yang menawan, kuat, bersahabat, dermawan dan berhasil. Dengan demikian akan banyak yang mencari nasehat anda. Untuk selanjutnya mereka akan bergantung pada anda. Milikilah keyakinan dan kepercayaan dalam setiap tujuan anda. Ketahuilah dengan pasti apa yang akan anda perjuangkan dan tidak anda perjuangkan. Janganlah berkompromi tentang sesuatu yang tidak baik. Teguhlah pada pendirian dan prinsip anda. Karena anda akan menggunakan nilai-nilai etika anda untuk mengarahkan pembuatan keputusan anda. Integritas berdiri diatas kepentingan pribadi untuk mencapai keberanian moral. Kebohongan yang anda lakukan hanya akan menimbulkan kebohongan dalam bentuk yang lain untuk menutupi kebohongan yang telah anda buat sebelumnya.

Orang yang ber-integritas akan memenuhi janji-janjinya dan selalu akan memenuhi pula semua komitmen yang telah dibuatnya. Orang-orang akan selalu ingin tahu dimana anda berdiri dan untuk apa anda berdiri disana. Orang-orang akan menghormati kejujuran dan ketulusan, tetapi akan membenci kemunafikan. Tetaplah konsisten. Berbicaralah berdasarkan fakta yang jelas. Yakinkan bahwa kata-kata anda sesuai dengan perbuatan anda. Kerjakan apa yang anda katakan dan kredibilitas anda akan terbangun. Tidak ada kata lain yang lebih kuat daripada "Pegang kata-kataku"

Ciri Orang Sok Tahu

'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Ciri-ciri orang sok tahu adalah :

1. Enggan Membaca

Orang yang 'sok tahu' merasa yakin dengan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Yang penting prakteknya 'kan?"

2. Enggan Menulis

Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin," katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia.

3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan

Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak bicara, banyak bekerja. Ia menganggap, prestasi yang ia miliki berkat kerja kerasnya saja.

4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham

Bagi orang yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh orang lain bodoh, telmi, pemalas, lambat dan sebagainya. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pendapat dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pendapat orang lain salah.

5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain

Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya."

6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat

Orang yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan kepintaran dan pengalamannya tanpa berpikir ulang tentang benar-salahnya pendapatnya. Ia suka berkata, "Menurut saya begini.... Ah kamu tahu apa.... Pokoknya begini...." dan seterusnya.

7. Suka Berdebat Kusir

Setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.

8. enggan bertanya pada orang lain.

orang yang sok tahu, merasa dirinya lebih pintar dari orang lain sehingga menganggap rendah orang lain dan gengsi untuk bertanya pada orang lain

9. enggan introspeksi diri

orang yang sok tahu merasa dirinya pintar sehingga tidak bisa melihat bahwa diatas langit masih ada langit.

10. enggan mengakui kekurangan diri

merasa dirinya lebih pintar, dan orang lain lebih bodoh sehingga tidak mau bercermin terhadap dirinya sendiri, kena peribahasa

gajah di pelupuk mata tak tampak, uang di dompet orang kelihatan...

ech salah gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan terlihat jelas.

2008/05/08

Kiat Meraih Sukses

Kiat Meraih Sukses

1. MILIKI KEYAKINAN

Siapapun anda, latar belakang anda dan bagaimanapun kondisi lingkungan anda. Orang orang sukses telah membuktikan bahwa Sukses menjadi milik orang yang punya keyakinan akan Sukses.

Hal ini terbukti , banyak orang yang cacat Phisik, namun berhasil meraih prestasi tinggi, tidak sedikit orang miskin menjadi Pengusaha yang berhasil, dan banyak yang terkenal dan sukses meski tidak memiliki Gelar sarjana.

2. BERTEKAD UNTUK SUKSES.

Dengan tekad yang kuat dan semangat yang tinggi, anda benar benar siap untuk berjuang untuk mewujudkan impian anda.

3. BERJUANG UNTUK SUKSES

Berjuanglah untuk mewujudkan Impian anda dengan penuh keberanian, hadapilah semua rintangan dan tantangan yang menghambat langkah maju anda. Ingatlah “Tidak ada keberhasilan tanpa Perjuangan”

.

4.TENTUKAN YANG AKAN ANDA RAIH

Anda perlu menargetkan Sukses yang akan anda raih, dan mulailah dengan sukses sukses kecil.

5.BERKATALAH MENGENAI SUKSES

Kata kata anda sangat mempengaruhi kehidupan anda, bila perkataan anda positif dan berorientasi sukses, anda sedang mempengaruhi kehidupan anda untuk menuju sukses.

Pergunakanlah kata kata yang bermakna sukses, Buanglah-hindari kata kata yang mengandung arti kegagalan, misalnya Mustahil, ganti dengan mungkin, atau akan saya coba, pasti bias dan lainnya.

6. BERSIKAPLAH SEBAGAI ORANG SUKSES

Tidak hnya perkataan, sikap anda harus menunjang keyakinan sukses anda, Kembangkan sikap Optimis pantang menyerah, tanggaplah dalam menangkap peluang, berusahalah untuk bekerja secara Profesional, Pergunakan waktu dengan baik.dan sebagainya.

7. BERANI MENGHADAPI SUKSES YANG TERTUNDA .

Gagal bukan akhir dari perjuangan, Sejarah mencatat banyak yang meraih sukses setelah mengalami kegagalan kegagalan,

Mereka yang membuktikan dan telah Sukses mengatakan, “ Kegagalan hanyalah Sukses yang tertunda”. Selain adanya pelajaran yang sangat berharga yang didapat dari kegagalan kegalan itu Jangan biarkan keyakinan sukses anda Padam hanya oleh kegagalan kegagalan itu, Bertahanlan menghadapi kegagalan dan terus berusaha untuk meraih sukses.

8. BELAJAR MENGENAI SUKSES

Anda biasa belajar dari orang orang yang sukses, misalnya dari buku buku tentang orang sukses, Moto-Inpirasi-motivasi yang mereka terapkan, ataupun Kata kata Bijak yang dapat memicu semangat untuk sukses, atau membangkitkan percaya diri dalam menghadapi rintangan,

Belajarlah dari sikap dan tindakan yang dilakukan orang sukses, perhatikan perbedaan sikap cara berpikir dan prilakunya, Bedakan antara orang sukses dan gagal. Belajarlah dari keberhasilan mereka dan bercerminlah dari kegagalan mereka.

Semakin banyak pengetahuan anda mengenai sukses semakin luas wawasan anda, maka akan semakin mudah anda akan meraihnya.

9. BERDOA UNTUK SUKSES

Ingatlah bahwa ; “ Tuhan selalu mau memberikan yang terbaik bagi umat yang dikasihinya “, Doa sebagai sarana Komunikasi dengan yang Maha Kuasa merupakan langkah utama untuk mendapatkan Keberhasilandalam hidup, Banyak orang besar sukses punya motto Ora et Labora.

10. NIKMATI SUKSES ANDA

Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada menikmati sukses yang kita capai, Syukurilah setiap sukses dan nikmatilah hasil Perjuangan anda, pasti anda mempunyai semangat baru dan energi yang lebih besar untuk meraih sukses sukses yang lain selanjutnya.